7 hal Soal Opini PKS Tentang Perekonomian Dalam Negeri
7 hal Soal Opini PKS Tentang Perekonomian Dalam Negeri – Dalam penyataan Jazuli Juwaini, Ketua Umum Partai Keadilan Sejahtera Republik Rakyat Demokratik Kinerja di lapangan banyak berpidato.
7 hal Soal Opini PKS Tentang Perekonomian Dalam Negeri
nbcaugusta – Jazuli mengatakan, situasi ekonomi dari 2018 hingga akhir tahun, bahkan dalam kurun waktu 4 tahun terakhir, masih berada pada level 5,0%.
Ia juga mengatakan beban utang negara semakin berat dan komitmen pemerintah untuk mengangkat perekonomian Indonesia belum terpenuhi.
Siaran pers juga menunjukkan bahwa anggaran pendapatan dan belanja negara tidak cukup sehat.
Hal ini terlihat dari neraca dasar yang masih negatif, beban utang yang masih besar, dan beban keuangan negara yang berat. Hal lain yang perlu ditekankan adalah tingginya angka pengangguran dan angka kemiskinan yang tidak banyak berubah.
Pendapat lain, jaminan kesehatan masyarakat masih menghadapi masalah serius dan perlu ditangani secara sistematis, dan karena lembaga pengelola jaminan sosial selalu defisit, subsidi APBN terus meningkat.
Berdasarkan pendapat di atas, menurut data Badan Pusat Statistik dan data Kementerian Keuangan (yang juga merupakan bagian dari informasi yang disampaikan pada konferensi pers tanggal 2 Januari 2019), sebagian besar pendapat di atas adalah disampaikan oleh Direktur Badan Pusat Statistik.
Berikut 7 hal Soal Opini PKS Tentang Perekonomian Dalam Negeri yang dirangkum kompas.com:
1. Opini Perekonomian Stagnan vs Fakta Membaik
Dalam konteks tren perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2018 mengalami peningkatan yang diperkirakan mencapai 5,15%. Stabilisasi konsumsi rumah tangga (5,01%), konsumsi pemerintah (4,92%) dan peningkatan investasi mendukung pertumbuhan ekonomi ini.
Akibat belum adanya kebijakan harga energi dalam negeri dan harga pangan yang terkendali, laju inflasi sepanjang tahun 2018 juga tetap berada di level 3,13%.
Laju inflasi yang rendah dapat menjaga daya beli dan pertumbuhan konsumsi masyarakat, serta dapat meningkatkan aktivitas perekonomian.
Baca juga : Membandingkan Uji Klinis Vaksin Anhui dengan Sinovac
2. Utang negara membesar besar vs terjaga
Untuk mencapai tujuan APBN, pemerintah senantiasa menjaga tingkat utang dalam kisaran yang aman. Dalam target APBN 2018 sebesar Rp 399,2 triliun, pemerintah hanya memiliki utang Rp 366,7 triliun.
Dibandingkan tahun 2017, karena adanya penurunan pembiayaan SBN sebanyak 18,9%, pembiayaan anggaran tahun 2018 mengalami peningkatan sebesar 16,6%. Secara umum, utang pemerintah masih dalam kisaran aman sebagaimana diatur dalam Pasal 12 ayat 3 UU Keuangan Nasional, dan utang pemerintah terbesar paling banyak 60% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Saat ini, pemerintah selalu menjaga rasio utang terhadap PDB dalam batas psikologis (sekitar 30%).
3. APBN belum cukup sehat vs kinerja sehat dan kredibel
Menghadapi berbagai tantangan, termasuk kondisi global yang masih belum dapat didukung, APBN 2018 telah berjalan dengan sangat baik. Berbicara mengenai realisasi sementara APBN 2018, penerimaan negara melebihi target APBN (102,5%) yang merupakan kali pertama sejak 2011.
Pendapatan negara mencapai Rp1.942,3 triliun, atau meningkat 16,6%, jauh lebih tinggi dari India. Pada 2017, turun 7,1%. Di antara belanja negara, tingkat penyerapan belanja mencapai 99,2%, dan tingkat realisasi kementerian / lembaga (K / L) sebesar 98,7% yang merupakan penyerapan terbesar selama periode 2014-2018.
Tingginya persentase penerimaan negara yang diperoleh dan penyerapan belanja negara menyebabkan realisasi defisit APBN semakin kecil. Dalam APBN 2018, defisit anggaran dicapai sebesar 1,76% dari PDB (dibandingkan dengan target APBN 2018 sebesar 2,19%). Defisit anggaran menjadi yang terkecil sejak 2012.
4. Gali lubang tutup lubang vs keseimbangan primer membaik
Dalam APBN 2019, defisit keseimbangan dasar bisa ditekan mendekati nol atau 1,8 triliun rupiah. Dibandingkan dengan neraca dasar tahun 2017 (124,4 triliun rupiah), angka defisit neraca dasar turun cukup signifikan.
Saldo dasar negatif Rp 1,8 triliun, level terendah sejak 2012, juga berarti pemerintah semakin bersikeras agar APBN tidak digunakan untuk menggali lubang untuk menutup-nutupi.
5. Tingkat kemiskinan tidak bergeser jauh vs menurun
Dalam empat tahun terakhir, APBN mendukung penuh pertumbuhan ekonomi berkualitas tinggi dan berdampak pada pengentasan kemiskinan. Angka kemiskinan turun dari 11,25% pada Maret 2014 menjadi 9,82% pada Maret 2018.
Angka kemiskinan satu digit ini merupakan yang pertama kali dicapai oleh pemerintah Indonesia. Selama periode yang sama, koefisien Gini (yaitu tingkat ketimpangan pendapatan) juga turun dari 0,406 menjadi 0,389. Hal ini menunjukkan bahwa pemerataan kesejahteraan sosial semakin merata dan berangsur-angsur membaik.
Kesenjangan pendapatan antara kelas menengah atas dan kelas menengah bawah semakin kecil. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) juga turun dari 5,70% pada Februari 2014 menjadi 5,34% pada Agustus 2018.
Penurunan tingkat pengangguran ini disebabkan oleh program penciptaan lapangan kerja pemerintah, seperti lingkungan bisnis yang sehat, kemudahan dan langkah-langkah insentif. Karyawan, pelaku usaha dan pengembangan proyek infrastruktur.
6. Jaminan kesehatan rakyat
Rencana Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah alat yang dipilih oleh badan eksekutif dan legislatif negara untuk mengimplementasikan jaminan kesehatan universal (UHC). UHC dapat tercapai apabila seluruh masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dengan biaya yang relatif terjangkau.
Sampai dengan 1 Januari 2019, peserta JKN telah mencapai 257,8 juta atau terhitung sekitar 81% dari total penduduk Indonesia. Hal ini menjadikan BPJS Kesehatan sebagai penyelenggara jaminan kesehatan dengan peserta terbanyak di dunia.
Dari segi skala pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, selama ada indikasi medis, rencana JKN dapat mencakup semua jenis penyakit.
Selain itu, sebagai program sosial, JKN juga menerima seluruh warga negara untuk berpartisipasi tanpa harus melakukan berbagai macam tes (skrining) terlebih dahulu.
Pemerintah sadar bahwa BPJS mengalami defisit, antara lain karena iuran peserta yang relatif rendah mengingat daya beli masyarakat, sehingga tidak terlalu membebani peserta. Misalnya, biaya kuliah kategori 3 dari plan ini hanya perlu membayar Rp25.500 per bulan per orang.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa meskipun biaya out-of-pocket (OOP) di Indonesia masih relatif tinggi, JKN berhasil menekan biaya OOP tersebut di atas. Pemerintah selalu memastikan bahwa program-program yang diuntungkan akan terus berjalan dengan baik.
Defisit tahun 2014 dapat ditutup dengan pengalihan sebagian sisa aset PT Askes dan PT Jamsostek. Adapun defisit dalam beberapa tahun ke depan, pemerintah selalu dibantu dana APBN. Masih banyak tantangan yang harus diselesaikan untuk mencapai rencana JKN yang matang / lengkap.
Tantangan tersebut sangat kompleks, tidak hanya terkait dengan masalah pembiayaan, tetapi juga terkait dengan perbaikan sistem kesehatan itu sendiri. Program JKN belum selesai. Namun, sama sekali tidak akurat untuk mengatakan bahwa prosedur ini tidak berhasil.
Pemerintah dan BPJS Kesehatan terus melanjutkan proses perbaikan. Dalam proses optimalisasi tersebut, pemerintah akan selalu memastikan keberlangsungan rencana JKN.
Baca juga : Fakta Lampiran Perpres 10/2021 soal Investasi Miras
7. Fakta tentang subsidi APBN
Pada APBN 2018, subsidi meningkat dari 166,4 triliun rupiah pada APBN Perubahan 2017 menjadi 216,76 triliun rupiah, atau lebih tinggi dari target APBN 2018 sebesar 156,23 triliun rupiah. Subsidi yang melebihi target antara lain subsidi BBM, subsidi LPG 3 kilogram, subsidi listrik dan pupuk.
Realisasi subsidi tersebut dipengaruhi oleh perubahan harga minyak mentah Indonesia (ICP) dan asumsi nilai tukar, penyesuaian kebijakan subsidi solar tetap, dan penyelesaian sebagian subsidi pada tahun sebelumnya.
Pemerintah menyesuaikan subsidi tetap solar dari 500 rupiah per liter menjadi 2.000 rupiah per liter untuk menanggung risiko kenaikan harga yang dapat mempengaruhi inflasi dan menekan daya beli masyarakat. Kenaikan anggaran subsidi untuk menyerap risiko kenaikan harga yang dapat menurunkan daya beli masyarakat dan mengendalikan inflasi.
Mengenai pandangan subsidi APBN untuk menutupi defisit BPJS, saya bisa katakan defisit BPJS bukan berasal dari dana subsidi. Guna menjaga kelangsungan rencana JKN, APBN turut membantu menutupi defisit BPJS sebesar Rp5 triliun (2015), Rp6,8 triliun (2016), Rp6,6 triliun (2017), dan Rp10,25 triliun (2018).
Defisit pada tahun 2014 tersebut ditutup dengan pengalihan sisa aset PT Askes dan PT Jamsostek. Defisit pada tahun-tahun berikutnya didanai oleh APBN, tetapi tidak didukung oleh subsidi.
Terkait penanganan defisit BPJS tahun 2015 dan 2016, diatasi dengan penyertaan modal BUMN di BPJS Kesehatan. APBN telah menganggarkan defisit BPJS 2017 pada pos Beban Lain-lain. Pos pengeluaran terkait rencana JKN tahun 2018 berasal dari cadangan APBN.
Anggaran tersebut juga membutuhkan hasil audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) sebagai dasar.
Selain penyuntikan cadangan, defisit BPJS Kesehatan juga telah diatasi melalui berbagai kombinasi kebijakan, antara lain mencegat tunggakan sumbangan pemerintah daerah, memperkuat peran pemerintah daerah dengan menggunakan sebagian dana pajak rokok untuk mendukung rencana JKN, peningkatan pengelolaan klaim fasilitas kesehatan, dan Sinergi antara BPJS dengan jaminan sosial lainnya.
Ada baiknya jika Anda mengutarakan pendapat dan melampirkan data dan informasi yang akurat dan akurat. Masyarakat perlu mendapatkan informasi dan edukasi dengan fakta yang benar.